Jumat, 29 Maret 2013

konsep sehat



Konsep sehat

Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.

Sejarah kesehatan mental

Sejarah kesehatan mental ini tidak sejelas sejarah ilmu kedokteran. Terutaman karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat.  Berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relative mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sering kali tidak terdeteksi, sampai anggota keluarganya sendiri. Karena mereka sehari-hari hidup bersama hingga tingkah laku yang mengidentifikasi gangguan mental,dianggap sudah biasa.
Kata kunci kesehatan mental adalah :
·         Dukun
·         Supranatural
·         Roh
·         Sihir
·         Irasional
·         Therapeutic optimism
·         Therapeutic pessimism
·         Sakit mental

Pandangan masyarakat saat itu menganggap bahwa oyang yang mengalami gangguan mental adalah karena mereka di masuki oleh roh-roh yang ada disekitar. Mereka dianggap melakukan kesalahan kepada roh-roh atau menjadi medium dari roh-roh untuk menyatakan keinginannya. Oleh karna itu, mereka sering kali tidak dianggap sakti, sehingga mereka di singkirkan di buang serta masih mendapatkan tempat dalam masyarakat.
Sejarah kesehatan mental di Eropa, khususnya Inggris, agak sedikit berbeda. Sebelum abad ke-17 orang gila disamakan dengan penjahat/ kriminal sehingga mereka dimasukkan ke dalam penjahat.
John Loeke dalam tulisannya yang berjudul An Essay Concerning Understanding, menyatakan bahwa terdapat derajat kegilaan dalam diri sendiri setiap orang yang disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide salaha dan tidak masuk akal secara terus menerus. Kegilaan adalah ketidakmampuan akal untuk mengeluarkan gagasan yang berhubungan dengan pengalaman secara tepat. Pandangan john Locke ini bertahan di Eropa sampai abad ke-18.
Berdasarkan sejarah kesehatan mental disimpulkan bahwa ternya pandanga masyarakat terhadap apa yang disebut sebagai sakit mental/ sakit jiwa/ gangguan mental ternya berbeda-beda dan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Sejarah kesehatan mental merupakan cerminan pandangan masyarakat terhadap gangguan mental dan perlakuan yang diberikan. Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap gangguan mental di dunia barat,antara lain:
ð  Akibat kekuatan supranatural
ð  Dirasuki oleh roh/ setan
ð  Dianggap kriminal karena memiliki derajad kebinatangan yang besar
ð  Dianggap sakti
ð  Merupakan reaksi terhadpa tekanan/stress, merupakan perilaku maladatip
ð  Melarikan diri dari tanggung jawab

Pendekatan Kesehatan Mental
~          Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental.
Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut.
 ~          Orientasi Penyesuaian Diri
penyesuaian diri merupakan dasar bagi penentuan derajat kesehatan mental seseorang. Orang yang dapat menyesuaikan diri secara aktif dan realistis sambil tetap mempertahankan stabilitas diri mengindikasikan adanya kesehatan mental yang tinggi pada dirinya. Sebaliknya mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri secara aktif, tidak realistik dan tidak stabil dirinya menunjukkan rendahnya kesehatan mental pada dirinya. Dengan kata lain kemampuan penyesuaian diri merupakan variabel utama dalam kesehatan mental. Dengan demikian dapat dipahami bahwa peningkatan derajat kesehatan mental setara dengan peningkatan kemampuan penyesuaian diri yang aktif, realistik disertai dengan stabilitas diri. Kemampuan penyesuaian diri idealnya dilatih dan dibina sejak kecil
Dalam banyak literatur psikologi kesehatan, pengembangan diri dan kemampuan penyesuaian diri merupakan salah satu indikasi dari kepribadian yang sehat. Kita dapat melihat di antaranya dalam uraian-uraian Gordon W. Allport, Carl Rogers, Abraham Maslow dan Viktor Frankl. Pemikiran mereka menegaskan bahwa pribadi yang sehat selalu ditandai dengan keinginan untuk tumbuh dan berkembang, berorientasi  ke masa depan sambil tetap realistis dan mampu melakukan inovasi bagi diri serta lingkungannya. Artinya perbaikan kemampuan penyesuaian diri tidak hanya perlu dilakukan pada mereka yang mengalami gangguan mental tetapi juga pada siapa saja.
 ~          Orientasi Pengembangan Potensi
Mewujudnyatakan potensi seperti bakat, kreativitas, minat dan lain-lain dalam diri individu. Pelepasan sumber-sumber yg tersembunyi dari bakat, kreativitas, Energi dan dorongan (Schultz, 991). Dibutuhkan fokus yang lebih untuk mencapai arah tujuan atau potensi diri yang lebih dikembangkan. Pengembangan potensi ini juga dipengaruhi peranan keluarga, sekolah dan masyarakat. Juga adanya kesempatan yang diberikan lingkungan pada individu baik yang potensinya masih tersembunyi maupun yang sudah ditemukan.


https://agnesdevia.wordpress.com/tag/pendekatan-kesehatan-mental/
http://jupikaimam.blogspot.com/2012/03/sejarah-kesehatan-mental.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar