Definisi
Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerjasama sesuai dengan
rencana demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
demikian kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen,
bahkan dapat dinyatakan, kepemimpinan adalah inti dari managemen.
Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin atau memiliki ‘kepemimpinan’, sebaliknya banyak orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya. Sedang pengertian ‘kepala’ menunjukan segi formal dari jabatan pemimpin saja, maksudnya secara yuridis-formal setiap orang dapat saja diangkat mengepalai sesuatu usaha atau bagian (berdasarkan surat keputusan atau surat pengangkatan), walaupun belum tentu orang yang bersangkutan mampu menggerakan mempengaruhi dan membimbing bawahannya serta (memimpin) memiliki kemampuan melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan.
Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin atau memiliki ‘kepemimpinan’, sebaliknya banyak orang yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya. Sedang pengertian ‘kepala’ menunjukan segi formal dari jabatan pemimpin saja, maksudnya secara yuridis-formal setiap orang dapat saja diangkat mengepalai sesuatu usaha atau bagian (berdasarkan surat keputusan atau surat pengangkatan), walaupun belum tentu orang yang bersangkutan mampu menggerakan mempengaruhi dan membimbing bawahannya serta (memimpin) memiliki kemampuan melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan.
Teori
kepemimpinan partisipatif
Sebab kontrol atas pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan seimbang antara pemimpin dan bawahan, pemimpin dan
bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Komunikasi dua arah makin bertambah frekuensinya, pemimpin makin mendengarkan
secara intensif terhadap bawahannya. Keikutsertaan bawahan untuk memecahkan
masalah dan mengambil keputusan makin banyak, sebab pemimpin berpendapat bahwa
bawahan telah memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup luas untuk
menyelesaikan tugas.
Ciri-cirinya :
1. Pemimpin memberikan dukungan tinggi
dan sedikit/rendah pengarahan.
2. Posisi kontrol atas pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan dipegang secara berganti antara pemimpin dan bawahan.
3. Komunikasi dua arah
ditingkatkan.
4. Pemimpin mendengarkan bawahan
secara aktif.
5. Tanggung jawab pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan sebagian besar pada bawahan.
a. Teori X dan Teori Y dari Douglas
McGregor
Teori prilaku adalah teori yang
menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan
pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas
McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin
organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai /
karyawan yaitu teori x atau teori y.
Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada
dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang
menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja
memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas
jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus
diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang
diinginkan perusahaan.
Teori X memberikan petuah manajer harus
memberikan pengawasan yang ketat, tugas-tugas yang jelas, dan menetapkan
imbalan atau hukuman. Hal tersebut, karena manusia lebih suka diawasi daripada
bebas, segan bertanggung jawab, malas dan ingin aman saja, motivasi utamanya
memperoleh uang dan takut sanksi.
Contoh individu dengan teori X :
pekerja bangunan.
- Keuntungan Teori X :
Karyawan bekerja untuk memaksimalkan
kebutuhan pribadi.
- Kelemahan Teori X :
a. Karyawan malas,
b. Berperasaan irrasional,
c. Tidak mampu mengendalikan diri dan
disiplin.
Teori Y
Teori Y memiliki anggapan bahwa kerja
adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Individu
yang berperilaku teori Y mempunyai sifat : suka bekerja, commit pada pekerjaan,
suka mengambil tanggung jawab, suka memimpin, biasanya orang pintar.
Contoh orang dengan teori Y : manajer
yang berorientasi pada kinerja.
- Keuntungan teori Y :
a. Pekerja menunjukkan kemampuan
pengaturan diri,
b. Tanggung jawab,
c. Inisiatif tinggi,
d. Pekerja akan lebih memotivasi diri
dari kebutuhan pekerjaan.
- Kelemahan Teori Y :
Apresiasi diri akan terhambat
berkembang karena karyawan tidak selalu menuntut kepada perusahaan
Path
Goal Theory of Leadership
Path
Goal theory
(teori jalur tujuan) dari kepemimpinan telah dikembangkan untuk menjelaskan
bagaimana perilaku seorang pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja
bawahannya. Teori ini pertama kali diungkapkan oleh Evans (1970) dan House
(1971). House (1971) memformulasikan teori ini dengan versi yang lebih teliti
dengan menyertakan variabel situasional. Teori tersebut semakin dimurnikan oleh
beberapa penulis seperti Evans (1974); House dan Dessler (1974); House dan Mitchell (1974;
dan House (1996).
Konsep Path Goal Theory of Leadership
Menurut
model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan
terhadap motivasi para pengikur, kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap
sebagai path-goal karena terfokus pada bagaimana pemimpim mempengaruhi persepsi
dari pengikutnya tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Ivancevich, dkk, 2007:205).
Dasar
dari path goal adalah teori motivasi ekspektansi. Teori awal dari path goal
menyatakan bahwa pemimpin efektif adalah pemimpin yang bagus dalam memberikan
imbalan pada bawahan dan membuat imbalan tersebut dalam satu kesatuan (contingent) dengan
pencapaian bawahan terhadap tujuan sepsifik.
Perkembangan
awal teori path goal menyebutkan empat gaya perilaku spesifik dari seorang
pemimpin meliputi direktif, suportif, partisipatif, dan berorientasi pencapaian
dan tiga sikap bawahan meliputi kepuasan kerja,
penerimaan terhadap pimpinan, dan harapan mengenai hubungan antara usaha
–kinerja-imbalan.
Model
kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin
terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan
jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi
eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert House yang
berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi.
ariabel
Situasional
Menurut
Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas
pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan
internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun
model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan
model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi,
namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang
kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku
pemimpin dan variabel situasional.
Variabel
moderator yaitu karakteristik pribadi yang penting adalah persepsi bawahan
mengenai kemampuan mereka sendiri. Semakin tinggi tingkat persepsi bawahan
terhadap kemampuan mereka memenuhi tuntutan tugas, semakin kecil kemungkinan
bawahan menerima gaya kepemimpinan direktif. Dengan demikian, gaya kepemimpinan
direktif dianggap sebagai hal yang mubazir. Selain itu, ditemukan bahwa locus
of control mempengarui respon. Individu yang memiliki locus of control internal
biasanya akan lebih puas dengan gaya partisipatif, sedangkan individu dengan
locus of control eksternal biasanya lebih puas dengan gaya kepemimpinan
direktif (dalam Ivancevich, dkk, 2007:205)
Penelitian
Mengenai Teori Path-Goal dan Kritik
Penelitian
yang dilakukan untuk menguji teori path goal antara lain dilakukan oleh Wofford
dan Liska (1993) yang meninjau 120 studi survey mengenai teori ini dan
melakukan sebuah meta analisis yang memberikan hasil bagi perilaku tugas dan
hubungan. Podsakof, dkk (1995) juga melalukan sebuah tinjauan luas atas
penelitian mengenai variabel moderator dalam kepemimpinan.
Beberapa
kekurangan yang dimiliki oleh teori ini seperti dijelaskan oleh Yukl (2005:260)
antara lain penggunaan teori harapan sebagai dasar utama untuk menjelaskan
pengaruh pemimpin. Model keputusan rasional ini memberikan gambaran mengenai
perilaku manusia yang terlalu kompleks dan kelihatan tidak realistis (Behling
& Starke, 1973; Mitchell, 1974; Schriesheim & Kerr, 1977). Teori
harapan tidak mempertimbangkan reaksi emosional terhadap dilemma keputusan,
seperti penolakan atau distorsi dari informasi yang relevan tentang harapan dan
valensi.
Keterbatasan
lainnya adalah kepercayaan pada kategoru luas dari perilaku pemimpin yang tidak
terlalu sesuai dengan proses yang menengahi. Lebih mudah membuat hubungan
antara perilaku pemimpin dengan motivasi bawahan dengan menggunakan perilaku
khusus seperti menjernihkan harapan peran, mengakui keberhasilan, memberikan
penghargaan yang berhubungan, membuat model perilaku agar mudah ditiru oleh
bawahan dan menyampaikan harapan yang tinggi tentang kinerja bawahan (dalam
Yukl, 2005:260). Meski dalam revisi terbarunya, House (1996) menambahkan beberapa perilaku
khusus dalam upayanya untuk memperbaiki keterbatasan ini, namun teori ini terus
memperlakukan setiap perilaku kepemimpinan secara terpisah, tanpa membahas
mengenai kemungkinan interaksi antar perilaku atau interaksi dengan lebih dari
satu jenis variabel situasional (Osborn, 1974, dalam Yukl, 2005).
Rangkuman
Meski
terdapat banyak keterbatasan, teori jalur tujuan telah membuat kontribusi yang
penting bagi studi kepemimpinan dengan memberikan sebuah kerangka kerja
konseptual untuk memandu para peneliti agar dapat mengidentifikasikan variabel
situasinonal yang berpotensi relevan. Dari sisi positif, model ini merupakan
perbaikan dari teori trait dan perilaku. Model ini berusaha menunjukkan faktor
mana yang mempengaruhi motivasi untuk melakukan kinerja. Selain itu, pendekatan
ini memperkenalkan faktor situasi dan perbedaan individu dalam menjelaskan
hubungan antara gaya kepemimpinan dengan aspek sikap (motivasi, penerimaan dan
kepercayaan).
sumber :
Arum. 2009. Teori
Leadership Menurut Fiedler. Retrieved at http://arum05.wordpress.com. 30
Oktober 2009.
Sarwono, Sarlito
W. 2005. Psikologi Sosial (Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan). Balai
Pustaka, Jakarta.
Lisady. 2009.
Teori Path Goal. Retrieved at http://lisadymanajem.blogspot.com.
30 Oktober 2009.
http://niladwipsikologi.wordpress.com/2010/12/24/teori-teori-kepemimpinan-partisipatif/
30 Oktober 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar